Kemerdekaan

Mantiq Syekh Mustofa ghalayain 
Hidup matinya sebuah bangsa itu ada batas-batasnya dikatakan bahwa batas hidupnya sebuah bangsa adalah jika bangsa itu kehilangan kemerdekaannya ,Adapun
kemerdekaan itu merupakan Anugrah dari Allah yang diberikan kepada hambaNya, yang mana hamba-hambanya itu bisa menggunakan terhadap apa yang bisa menjadi miliknya dan kepada orang lain dengan cara yang bijak dan memperoleh kesenangannya.
Kata merdeka/hurry(arab), secara terminologi bahasa menunjukkan arti kata bersih, orang yang merdeka itu sebaliknya dari budak ,pada dasarnya orang itu bersih dari perbudakan, kemerdekaan apa saja ,itu artinya sesuatu perkara yang baik ,contohnya jika ada tanah atau pasir yang bersifat merdeka ,itu artinya pasir atau tanah yang bagus ,maknanya tanah atau pasir yang merdeka adalah tanah yang bisa menumbuhkan tanam-tanaman tanah yang merdeka artinya tanah yang bagus ,kita semua mestinya mengerti jika arti kata Merdeka itu menunjukkan arti suci dan bersih dari perkara-perkara yang mengotori kebersihannya dan kebaikannya. Kemerdekaan secara bangsa atau negara yang benar adalah, adanya manusia-manusia yang bersih pendidikannya ,bersih jiwanya ,taat dan menaati sifat-sifat utama ,jauh dari sifat-sifat yang hina melepaskan belenggu-belenggu perbudakan,akan juga melaksanakan kewajiban-kewajibannya ,manusia itu tidak dibuat oleh Allah supaya menjadi budak orang lain dan supaya tidak menjadi bola yang ditendang kesana kemari oleh kesenangan nafsu dan diombang-ambingkan oleh orang yang mengaku menjadi pemimpin dan tidak dibelok-belokkan oleh nafsu orang-orang besar menurut kesenangan mereka ,tetapi manusia dibuat oleh Allah supaya berusaha dengan dirinya sendiri atau dengan ber Serikat dengan satu yang lainnya ,Menurut organisasi yang ada .
kemudian, kemerdekaan yang sesuai dengan sunattullah umumnya adalah ,merdeka yang setidak-tidaknya berupa nikmat merdeka yang besar , tidak akan dihilangkan oleh Allah kepada manusia ,kecuali manusia itu merusak jiwanya yang berperilaku sebagai orang orang dholim. Orang orang dholim tidak suka membuka jalan kepada masyarakat dalam hal menerangi pikiran-pikirannya dengan ilmu, karena orang orang dholim itu mengerti dengan yakin jika ilmu yang benar akan menuntun  kepada pengetahuan yang haq, dan kewajiban-kewajiban ilmu yang benar itu menyambar seperti percikkan api yang akan bisa melebur timah di hati masyarakat dan ilmu akan mengangkat akal menuju manusia berkualitas dan ilmu menjadikan manusia tidak mau menjadi alat yang diputar-putar oleh gerakan-gerakan yang memperbudak individu manusia.

Khalifah Umar Bin Khattab berkata ,kepada Amru Bin Ash ketika anaknya memukul orang penduduk Mesir ,wahai Amru Bolehkah engkau memperbudak Para manusia, manusia itu dilahirkan ibunya dalam keadaan Merdeka, Ingatlah manusia tidak bisa dikatakan menjadi seorang yang merdeka jika jiwanya orang tersebut tidak bersih atau tidak bebas dan keinginan-keinginannya tidak hidup/terbelenggu dan mempunyai pengertian  kebenaran juga tidak sedikit ,
kemudian mereka berusaha membebaskan jiwanya dari belenggu orang yang menguasai dirinya dengan kekuatan dan paksaan, jika orang itu tidak begitu maka orang itu masih jauh dari sifat merdeka, dimana jarak antara orang itu dengan kemerdekaan dirinya masih ada batas yang jauh sekali, bisa dikatakan menjadi orang yang tidak merdeka ,dan jika ada orang yang menggunakan kemerdekaan untuk lapangan melakukan gerakan-gerakan yang rendah dan hina  menjadi menjadi pedang yang hanya untuk melanggengkan kehormatan diri dan menjadi tombak untuk melukai akhlakul Karimah dan menjadi pisau yang merobek kehormatan masyarakat ,adalah juga bagian dari kemerdekaan akan tetapi tindakan tersebut hanya akan memiskinkan diri sendiri atau orang lain atau menghambur-hamburkan uang biaya bagi kemanusiaanya atau hanya akan memenangkan perkara-perkara mungkar dan berusaha merusak masyarakat yang sudah mau berkumpul sambil bergelora hatinya.jadi sia sia.(by appgoogle)

Dikutip dari: Idlatun nasyiin, Redaksi Bpk.Ali

Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Roro Jonggrang

Riwayat Mbah Pungkur Ngawen-Blora

Lirik Pepeling