Seputar Dewi Sekartaji

Pernahkah kalian mendengar kisah Dewi Sekartaji ? Benar, dia adalah puteri dari Kediri yang menikah dengan Raden Panji Putera Raja Janggala.

Mereka merupakan pasangan yang serasi. Pada suatu hari, Dewi Sekartaji menyampaikan permintaan kepada suaminya yaitu permintaan yang berhubungan dengan tanda- tanda wanita mengandung. “Dinda ingin makan daging menjangan putih,” pinta Dewi Sekartaji. Permintaan itu terdorong selera yang sangat menggoda pada saat-saat mengidam.. Betapapun menjagan putih itu sangat sulit ditemukan, namun Raden Panji tetap menyanggupi.

Pada suatu hari Raden Panji disertai isterinya berburu ke hutan. Mereka tiba di hutan Larangan. Keadaannya sangat angker. Malam mulai menyelimuti hutan Larangan. “ Sebaiknya kita beristirahat di sini barang semalam,”kata Raden Panji kepada istrinya. Mereka segera mendirikan kemah. Sebelum tidur, mereka bermesraan seperti layaknya pengantin yang sedang berbulan madu. “ Dia harus menjadi suaminku!” geram Ni Kalakunti, saat melihat sepasang sejoli itu bermesraan. Ni Kalakunti adalah iblis betina yang mendiami hutan Larangan itu. Ia menginginkan Raden Panji menjadi suaminya. Untuk mendapatkan tujuan itu, Ni Kalakunti minta bantuan ayahnya bernama Kalawarok. Ayahnya memberi ilmu “Mancala Puteri”. Dengan ilmu itu, Ni Kalakunti bisa minta apa saja yang diinginkannya.

“Mancala Puteri ! Aku ingin menjelma menjadi Puteri Sekartaji!” ucap Ni Kalakunti. Saat itu pula Ni Kalakunti berubah wujud menjadi Dewi Sekartaji. Ia melihat seekor babi hutan. “ Mancala Puteri  Babi hutan menjelmalah menjadi menjangan putih. !” Seketika itu pula babi hutan berubah menjadi  seekor menjangan putih. Pada saat Raden Panji mengendap- endap diendap- endap di semak- semak, dilihatnya seekor menjangan putih jelmaan babi hutan melintas. Dengan  segera Raden Panji memburunya  sampai akhirnya berpisah jauh dengan istrinya. Saat itu pula Dewi Sekartaji hadir di samping Raden Panji.

Raden Panji tidak tahu kelak yang hadir di sampingnya itu adalah jelmaan Ni Kalakunti. “ Syukurlah kau bisa menyusul kemari,” kata Raden Panji kepada Dewi Sekartaji palsu.

“Kejar terus menjangan putih itu, Kanda,”pinta Dewi Sekartaji palsu. Raden Panji berdaya upaya untuk segera menangkap seekor menjangan putih. Dengan segera Raden Panji membidik menjangan puith dengan panahnya. Cepat bagaikan kilat anak panah Raden Pani telah menembus menjangan putih jelmaan babi hutan. Dengan hati berbunga- bunga Raden PAnji memberikan daging menjangan putih kepada Dewi Sekartaji palsu.

Dewi Sekartaji Palsu dengan lahapnya menikmati daging panggang menjangan putih. Setelah itu, mereka kembalu ke istana. Sejak saat itu Ni Kalakunti hidup sebagai Raden Panji. Ia mengutarakan kepada suaminya bahwa kandungannya sudah semakin besar.

Dewi Sekartaji palsu sudah saatnya melahirkan. Betapa gembiranya Raden Panji menyambut kelahiran anaknya itu. Namun ketika bayi itu lahir, istana kerajaan gempar. Sebab bayi laki- laki yang dilahirkan berbentuk aneh. Badannya besar bagaikan bayi raksasa. Kulitnya hitam legam. Giginya tumbuh bagai gergaji. Pada kedua sudut bibirnya menonjol taring yang runcing. “ Kuberi nama Pangeran Muda,” tutur Raden Panji menamai puteranya. Semakin bertambah umur, Pangeran Muda semakin mengerian.

Tabiatnya pun sangat keras. Ia sering mengamuk.
Raden Panji sangat malu melihat puteranya bertabiat buruk. Ia bermaksud mengurung puteranya itu di salah satu ruang. “ Anak kita jangan dikekang apalagi dkurung. Berilah kebebasan sepuas-puasnya,” kata Dekartaji palsu menahan keinginan suaminya.

Raden Panji tidak bisa membantah. Ia menuruti kemauan istrinya. Pada suatu hari ia mendatangi sebuah pasar desa. “ Hem, daging mentah ini sangat lezat. Baik akan kusantap semua,”kata Pangeran Muda. Para pemilik daging itu berusaha menghalang-halangi Pangeran Muda mengambil daging mentah yang akan dimakan. Melihat keadaan itu Pangeran Muda mengamuk. Ia merusak apa saja yang ditemuinya. Orang- orang berlarian menghindari serangan Pangeran Muda. Pangeran Muda mengejar orang- orang itu sampai ke dusun- dusun, tertangkap langsung dipukul dan disiksa.

Banyak yang menemui ajal. Di tengah- tengah keberingasan Pangeran Muda itu, tiba- tiba tampak sekelebat bayangan seorang pemuda melompat tepat berada dihadapan Pangeran Muda. “ Raksasa biadab ! Sungguh kejam kau! Kedatanganku ingin menghabisi nyawamu !” tantang seorang pemuda.

“Berani benar kau! Awas kusantap hidup- hidup!” ancam Pangeran Muda berwajah garang. Seketika itu pula terjadilah pertarungan seru. Pangeran Muda berkali- kali kena pukulan dari pemuda itu. Dalam keadaan terdesak, Pangeran Muda melarikandiri dan melapor kepada ayahnya., Raden Panji dan istrinya mendapat laporan Pangeran Muda perihal kekalahan melawan seorang pemuda dusun. Mereka segera berangkat menuju di mana seorang pemuda itu berada.

“Oh, rupanya raksasa jahat itu putera Tuan,” kata seorang,” kata  pemuda itu sambil menyembah. “ Maafkan hamba, karena hamba telah menyakiti putera Tuan,” tambahnya. “Siapa namamu ? “tanya Raden Panji.

“Nama hamba Jaka Putera. Ibu hamba bernama Dewi Sekartaji,” jawab pemuda itu. Ibu hamba mengatakan bahwa ayah hamba bernama Raden Panji putera Raja Janggala,” lanjutnya. Betapa terkejutnya hati Raden Panji mendengar pengakuan Jaka Putera.

Dewi Sekartaji palsu tampak gelisah dan segera mendesak suaminya agar segera menangkap Jaka Putera untuk dijebloskan ke dalam penjara. Namun, Raden Panji tidak mengikuti kemauan Dewi Sekartaji palsu itu.

Dewi Sekartaji palsu langsung menyerang Jaka Putera. Jaka Putera  langsung melemparkan pukulan maut tepat mengenai dada Dewi Sekartaji palsu. Seketika itu juga tubuh Dewi Sekartaji palsu terbakar, bentuk dan rupa dirinya berubah menjadi Ni Kalakunti, lantas badannya kejang dan segera menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pangeran Muda melihat ibunya tewas, langsung melompat hendak mencengkram kepala Jaka Putera. Namun Pangeran Muda terkena tendangan maut Jaka Putera, seketika itu juga tubuh Pangeran Muda gosong, ia tewas mengenaskan. Setelah Jaka Putera berhasil mengalahkan kedua makhluk itu, ia langsung menyembah Raden Panji.

“ Maafkan, Ayah. Ayahanda telah menjadi korban iblis betina yang bernama Ni Kalakunti yang telah menjelma menjadi ibunda,” ungkap Jaka Putera. Raden Panji mengakui Jaka Putera sebagai anak kandungnya. Ia pun ingin bertemu dengan ibu kandung Jaka Putera.

Pertemuan Raden Panji dengan Dewi Sekartaji sangat mengharukan. Mereka melepas rindu sambil meneteskan air mata dengan tak henti- hentinya. Dewi Sekartaji menjelaskan apa yang telah dialami di hutan. Demikian pula Raden Panji mengungkapkan pengalamnnya selama berpisah dengan istri yang dicintainya. Mereka bangga karena telah mempunyai anak yang membela kebenaran.

“ Dinda, kita harus segera kembali ke istana,” ajak Raden Panji kepada istrinya. Mereka bertiga tiba di istana dan disambut penuh dengan sukacita  oleh kedua orang tuanya. Akhirnya Raden Panji dan Dewi Sekartaji dapat membangun keluarga bahagia dan sejahtera.

Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Roro Jonggrang

Riwayat Mbah Pungkur Ngawen-Blora

Lirik Pepeling